Senin, 06 September 2010

Tugas morfologi dan Arsitektur Kota

Nama : Wahyu Indriastuti
Nim : L2D 009 008


REVIEW PERKEMBANGAN MORFOLOGI

KOTA MALANG


Perkembangan suatu kota akan selalu terjadi sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial-budaya, ekonomi, politik, serta lingkungan di kota tersebut. Perencanaan dan perancangan untuk mengembangkan kota membawa pengaruh pada pola morfologinya. Kota sebagai “Urban Artifact” akan terus membentuk suatu pola morfologi sesuai bentuk perubahan sosial budaya masyarakat yang membentuknya.

Morfologi kota merupakan kesatuan elemen pembentuk kota yang didalamnya mencakup aspek detail baik fisik maupun non fisik. Morfologi atau bentuk kota berkaitan erat dengan arsitektur kawasan. Hal itu dapat dilihat dari ciri bangunan, sistem sirkulasi, open space, dan prasarana kota serta pola tata ruang dan townscape (bentuk tata ruang). Perkembangan bentuk fisik kota terjadi melalui dua proses yaitu formal dan organis. Perubahan formal terjadi melalui proses perencanaan dan kebijakan pemerintah, sedangkan perubahan organis terjadi karena adanya pengaruh alam, misalnya bencana dan sumberdaya alam.

Perkembangan kota di Indonesia pada umumnya dipengaruhi oleh sejarah peradabannya. Kaitan sejarah dengan masa kini akan menunjukkan perkembangan morfologi suatu kawasan. Indonesia telah dijajah Belanda selama 3,5 abad dan hal tersebut memberikan dampak pada peradaban bangsa Indonesia. Begitu pula yang terjadi pada Kota Malang sebagai kota yang berkembang dari pemerintahan kolonial Belanda. Kota Malang memiliki bentukan fisik ( tata lingkungan dan bangunan) dengan nilai sejarah tinggi dan memiliki karakter spesifik bangunan bernuansa Eropa.

Unsur lingkungan alam Kota Malang juga memberikan ciri tersendiri morfologi kota tersebut. Kota Malang memiliki beberapa aliran sungai seperti; Sungai Brantas, Sungai Bangau, Sungai Amprong, dan Sungai Metro yang membelah kota malang menjadi beberapa kawasan kota sehingga bentukan kotanya menyesuaikan aliran sungai.

Kota Malang yang merupakan hasil desain Ir. Thomas Kartsen memberikan sentuhan gaya arsitektur Eropa seperti penggunaan pola boulevard dan bentuk-bentuk simetri yang menonjol pada periode renaisance. Pengembangan kawasan pusat kota dengan banguan bergaya Art deco, bangunan di sudut jalan, bangunan kembar dan bangunan-bangunan bermenara menjadi karakteristik Kota Malang.

Struktur ruang Kota Malang yang terbentuk adalah radial konsentris. Pusat pemerintahan berada di tengah kota dengan sistem sirkulasi berupa jalan melingkar atau ringroad. Pola pemukiman pun dibagi berdasarkan suku bangsa sehingga terdapatlah perkampungan pribumi, Cina, Arab, dan kolonial Belanda. Namun, seiring berkembangnya zaman dan teknologi serta hubungan dengan daerah lain dan keputusan politik maka pembangunan dilakukan di seluruh bagian Kota Malang tidak terkecuali daerah pinggiran.

Bentuk morfologi mulai didominasi kawasan pemukiman dan industrialisasi sehingga penggunaan lahan pun berubah. Perkembangan selanjutnya, kekuatan ekonomi mulai mengendalikan pola land use Kota Malang. Pembangunan perumahan dan area perbelanjaan dalam jumlah besar telah mengubah pola tata ruang yang sebelumnya terbentuk. Pengembangan yang dilakukan tidak memperhatikan konteks historis pembentukan kota, sehingga seperti halnya kota besar lainnya Kota Malang terancam kehilangan karakter spesifiknya. Beberapa bangunan kuno digusur, seperti kantor pos.

Pada kondisi eksisting Kota Malang saat ini, pola pemukiman tidak lagi bersifat blok melainkan tersebar di seluruh wilayah. Pemukiman tidak lagi diklasifikasi berdasarkan suku bangsa, namun perkampungan yang dulu telah terbentuk tetap berdiri sampai saat ini, misalnya pecinan dan kauman. Sistem sirkulasi dan pola jalan semakin berkembang dengan adanya jalur kereta api dan jalan darat lainnya.

Kebijakan pemerintah yang menetapkan Kota Malang sebagai kota pendidikan, industri, dan pariwisata pun turut mempengaruhi perkembangan morfologi kota. Pendirian bangunan – bangunan baru memberikan perubahan kota. Penggunaan lahan semakin meningkat sehingga mengalami keterbatasan dan pergeseran fungsi. Sistem ruang yang dulu bersifat radial central memberikan dampak positif pada kebijakan pembangunan seperti adanya kompleks bangunan bersejarah atau kota lama sehingga memberikan karakteristik dan menunjang pariwisata Kota Malang.

Kesimpulan yang bisa kita dapatkan dari perkembangan morfologi Kota Malang adalah perkembangan suatu kota akan berjalan selaras dengan perkembangan penduduknya. Jumlah penduduk yang meningkat dan lahan yang tetap pada akhirnya akan mengubah pola ruang dan land use kawasan tersebut. Sistem peradaban yang terdahulu akan hilang jika kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Secara keseluruhan, ekonomi, politik, sosial dan lingkunganlah yang akan memberikan perubahan bagi kota.


sumber : http://rensix.wordpress.com/2008/04/06/artikel-kota-malang

(maaf, link tidak bisa dilampirkan)